Senin, 10 Juni 2013

Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma



    Hepatoma

Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati. Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C.

Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.

Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.

Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.

Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirrhosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini.

Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker hati ini adalah aflatoksinB1 yaitu racun yangdihasilkan oleh sejenis jamur Aspergillus flavus yang terkontaminasi dan melekat pada permukaan makanan seperti beras, kacang, gandum, jagung, dan kacang kedelai yang disimpan pada tempat yang panas dan lembab. Aflatoksin B1 yang ikut masuk ke tubuh melalui makanan diperkirakan dapat memicu mutasi P53 gene di dalam sel hati yang seterusnya menimbulkan kanker sel hati.

Bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker) tertentu juga menyebabkan hepatoma. Di daerah subtropis, dimana hepatoma banyak terjadi, makanan sering tercemar oleh bahan karsinogenik yang disebut aflatoksin, yang dihasilkan oleh sejenis jamur. Bahan-bahan hepatokarsinogenik seperti:

Ø  Aflatoksin

Ø  Alkohol

Ø  Penggunaan steroid anabolic

Ø  Penggunaan androgen yang berlebihan

Ø  Bahan kontrasepsi oral

Ø  Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosi)

Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa.

Keluhan utama yang sering adalah :

• Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas

• Nafsu makan berkurang,

• Berat badan menurun, dan rasa lemas.

• Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.

Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan..Pemeriksaan Alfa Feto Protein(AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoma ini Penggunaan ultrasonografi ( USG ), Computed Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui ukuran tumor.

2. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Hepatoma

    . Pengkajian

1.  Biodata

Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.

2.  Riwayat Keperawatan

Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.

a.       Riwayat Penyakit sekarang

Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain  atau dengan klien itu sendiri.

b.      Riwayat Penyakit Dahulu

      Riwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang    pernah diderita oleh klien.

c.       Riwayat Penyakit Keluarga

      Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang  pernah dialami oleh  anggota keluarga.

3. Pemeriksaan Fisik

                  Gejala klinik

                     Fase dini                        :  Asimtomatik.

Fase lanjut          : Tidak dikenal simtom yang patognomonik.

Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :

1.      Ascites

2.      Ikterus

3.      Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.

Secara umum pengkajian keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi :

Ø  Gangguan metabolisme

Ø  Perdarahan

Ø  Asites

Ø  Edema    

Ø  Hipoalbuminemia

Ø  Jaundice/icterus

Ø  Komplikasi endokrin

Ø  Aktivitas terganggu akibat pengobatan

3. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diafragma)

2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).

3. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.

4.  Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.

5.  Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri

6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.

4. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)

- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan  diharapakan pernapasan efektif kembali

- Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 – 24 X/menit. Hasil Lab BGA  Normal

- Intervensi :

a) Pertahankan Posisi semi fowler.

/Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru   yang maksimal. Di samping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara.

b) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda – tanda ketidakefektifan jalan napas.

/Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera.

c) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas.

/Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.

d) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian oksigen dan pemeriksaan gas darah.

/Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.

2.  Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan denganadanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).

- Tujuan  : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan  diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.

- Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 – 80 x/menit.

- Intervensi :

a) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.

/Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral.

b) Atur posisi klien yang enak sesuai dengan  keadaan.

/Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan  penekanan sisi yang sakit.

c) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.

/Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk         menangani nyeri.

d) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik  distraksi.

/Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif.

e) Observasi tanda-tanda vital.

/Rasional  :   Deteksi dini adanya kelainan

3. Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.

- Tujuan  : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.

- Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan.

- Intervensi :

a) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.

/Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru.

b) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.

/Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik  klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien  tentang nutrisi

c) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi  dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi.

/Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan.

d) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal.

/Rasional : Diharapkan klien  kooperatif.

e) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.

/Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera    makan.

f) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.

/Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa.

g) Monitor kenaikan berat badan

/Rasional : Dengan monitor  berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.

4. Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.

- Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan perawatan  diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan

- Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.

- Intervensi :

a) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik

/Rasional : Dengan penambahan suplay O2 diharapkan sesak nafas berkurang   sehingga klien dapat istirahat.

b) Beri suasana yang nyaman  pada klien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:

/Rasional:  Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.

c) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.

/Rasional :  Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi   kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.

d) Tingkat relaksasi menjelang tidur.

/Rasional :  Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang.

e) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.

/Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.

5.  Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri.

- Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan perawatan  diharapkan klien dapat melakukan aktivtas dengan bebas.

- Kriteria :  Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

- Intervensi :

a) Bimbing klien melakukan  mobilisasi secara bertahap.

/Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan.

b) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.

/Rasional : Diharapkan ada upaya  menuju kemandirian.

c) Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri.

-Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal.

d) Jelaskan tujuan aktifitas ringan.

/Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.

e) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.

/Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri.

f) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.

/Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.

6. Diagnosa Keperawatan : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan   tentang penyakit yang diderita.

- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.

- Kriteria  : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.

- Intervensi :

a) Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.

/Rasional :  Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya.

b) Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.

R/asional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien

c) Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.

/Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

1.  Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)

a)    Melakukan koloborasi  dengan dokter untuk pungsi plaura yaitu dengan mempersiapkan pungtie pleura yang selanjutnya di lakukan fungsi sebanyak 250 cc oleh dokter.

b)    Menempatkan klien kembali ke tempat tidur dengan posisi setengah duduk dengan mengganjal kepala dengan menggunakan tiga bantal.

c)    Mengukur tensi, nadi, RR, suhu hasil tensi 120/ 80 nadi 84x /menit suhu 37 oC. Mengobservasi ekspansi dan Fremitas di dapatkan ekspansi pada dada kanan  tertinggal fremitas raba menurun.

d)   Menjelaskan pada klien  timbulnya sesak nafas karena adanya penumpukan cairan  pada rongga pleura.

2.    Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).

a)   melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgesik

b)  melakukan teknik disraksi relaksasi

c)   melakukan kompres hangat atau dingin

d)  melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

3.    Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.

a)    Menyuap klien  yaitu nasi 1 piring ikan tahu dan daging sayur sop. Klien hanya menghabiskan ¼ porsi nasi ikan dihabiskan, minumnya minta susu habis ½ gelas.

b)    Memotifasi klien untuk selalu menghabiskan makanan yang disediakan. Dan menanyakan makanan kesukaannya.

/Respon : Klien mengatakan semua makanan suka tapi saya tidak nafsu.

4.      Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.

a)    mengatur suasana lingkungan yang nyaman

b)    melakukan teknik relaksasi dan distraksi

5.      Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri

a)    Melatih klien untuk mengambil minuman sendiri dan meminumnya sendiri pakai sedotan.

/Respon : klien mau dan menghabiskan minuan sebanyak ½ gelas.

b)    Memotivasi klien untuk makan sendiri, sambil membantu mendekatkan makanan ke dekat klien.

6.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.

a)    Berusaha untuk bersikap terbuka pada klien dan menanyakan apa yang dirasakan dan pendapat klien tentang penyakitnya saat ini.

b)    Memberi motivasi pada klien  untuk menanyakan hal – hal yang berhubungan dengan penyakitnya kepada yang berwewenang.

2.2.5 Evaluasi

1.    Untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas.

-          Data subyektif : Klien mengatakan setelah disedot sesak nafasnya berkurang dan saya lebih enak tidur seperti ini.

-          Data obyektif : Pungtie pleura 250 cc, warna merah muda. Frekuensi nafas 24 x/mt. Fremitus menurun, perkusi redup pada dada kanan.

-          Assesment : Masalah belum teratasi.

-          Planning : Rencana nomor 4 distop dan pertahankan rencana nomor 1 – 3.

2.      Untuk diagnosa perubahan nutrisi

-        Data subyektif : Klien mengatakan saya tidak nafsu makan, saya mau minumsusu saja.

-        Data obyektif : Porsi makan yang disediakan dihabiskan ¼ porsi, minum susu ¼ gelas, BB = 38 kg. Konjungtiva masih merah pucat, turgor menurun.

-        Assesment : Masalah belum teratasi.

-        Planning : Rencana nomor 1,3,4 distop dan pertahankan nomor 2 dan 5.

3.      Untuk diagnosa gangguan aktivitas

-        Data subyektif : Saya berusaha untuk makan, minum sendiri, untuk mandi masih dibantu diseka.

-        Data obyektif : Saat makan pagi klien makan sendiri.

-        Assesment: Masalah belum teratasi.

-        Planning: Rencana 1-3 distop, pertahankan rencana nomor 4.

4.         Untuk diagnosa cemas sedang.

-        Data subyetif : Klien mengatakan besok mau diapakan lagi saya, saya tidak mengerti apa tujuan dari pemeriksaan.

-        Data obyektif : Klien tidak menatap perawat saat berbicara.

-        Assesment: Masalah belum teratasi.

-        Planning: Dipertahankan.

5.      Untuk diagnosa  gangguan rasa nyaman nyeri

-        Data subyektif : klien mengatakan daerah perut masih nyeri

-        Data Obyektif : wajah meringis saat palpasi perut

-        Assesment : masalah belum teratasi

-        Planning : askep dipertahankan

6.      Untuk diagnosa gangguan istirahat tidur

-        Data subyektif : klien mengatakan semalaman tidak bisa tidur

-        Data obyektif : mata klien merah, lemas, pusing,

-        Assesment : masalah belum teratasi

-        Planning : askep dipertahankan.

 Sumber : Materi kuliah

1 komentar:

  1. Samurai Casino – Shootercasino
    Samurai Casino was started 카지노사이트 in 2003. Since then the game has become an important part of the 제왕카지노 experience. Samurai Casino offers over 250 of the most ‎Casino 바카라 · ‎Casino Games · ‎Restricted Countries

    BalasHapus